Friday, January 01, 2016

Jumat di Turki

Hamburg merupakan kota kedua terbesar di Jerman, jumlah populasi penduduk beragam dan multi etnis. Orang-orang Turki merupakan imigran Muslim terbesar di wilayah ini. Mayoritas mereka bekerja sebagai pedagang toko dan restoran. Warung-warung makan (restoran) didominasi oleh mereka dengan makanan khas ala Turki. Maka tidak salah, mesjid Turki (disebut demikian karena khutbah Jumat disampaikan dalam bahasa Turki) merupakan salah satu mesjid terbesar di kota perdagangan ini selain mesjid Iran.

Kriteria mesjid besar di sini adalah memiliki kubah dan menara. Dan, untuk ukuran mesjid Turki ini memiliki empat lantai. Lantai ke dua dan ke tiga digunakan shalat berjamaah, dan lantai ke empat difungsikan untuk kaum hawa. Kemungkinan juga untuk anak-anak. Sedangkan lantai dasar untuk kantor mesjid, toko buku/kitab, serta disudut terdapat warung teh alias warung kopi (warkop)

Menjelang waktu Jum'at (musim dingin dimulai jam 12.15 pm), setiap jamaah yang hadir akan melakukan shalat sunnah tahiyat mesjid 4 rakaat. Kemudian menunggu hingga tiba waktunya azan. Disini, azan dikumandang dua kali; pertama saat masuknya waktu Jumat, dan kedua saat khatib telah di atas mimbar.

Azan pertama di kumandang dengan lantang dan tegas, tidak terlalu panjang iramanya. Usai azan, maka muazzin pun membaca doa dan menyeru untuk Shalat Sunnah Qabliyah. Shalat sunnah tersebut dilakukan mayoritas jamaah (didominasi jamaah Turki dan sekitarnya) sebanyak 4 rakaat juga. Pelaksanaan shalat sunnah empat rakaat diutamakan pada siang hari merujuk kepada beberapa hadist Nabi tentang pelaksanaan Shalat Sunnah di siang hari.

Saat khatib naik ke atas mimbar yang memiliki 4 anak tangga, ia membaca do'a di atas membar menghadap kiblat (membelakangi jamaah). Usai membaca doa, ia balikkan badan dan duduk. Sang muazzin pun mengumandangkan azan ke dua yang lebih lembut dan syahdu. Sebelum mengumandangkan azan, maka muazzin membaca "Inna Allah wa malaikatahu yashallu 'ala an-Nabi... dst".

Mimba Jumat mengikuti mesjid Madinah dan Turki, anak tangga terbuka menghadap jamaah, sehingga saat berdiri Khatib di atas mimbar terlihat seutuhnya tubuh Khatib dari kaki hingga kepalanya. Ini mengikuti anjuran Nabi saat naik mimbar menghadap kiblat dan membaca doa di atasnya menghadap kiblat, sebelum berbalik menghadap ke Jamaah. Tidak ada tongkat yang disediakan di atas mimbar.

Khatib Jumat menyampaikan ceramah (maw'izah) dalam bahasa Turki, tidak terlalu lama waktu yang digunakan untuk memberikan nasehat dalam khutbah tersebut, hanya berkisar selama 5-10 menit. Kemudian masuk rukun dua khutbah dan dilaksanakan shalat Jum'at. Usai Jum'at, tidak ada shalat i'adah Jumat atau shalat Zuhur. Di mesjid ini, waktu shalat Jumat termasuk dipercepat jika dibandingkan dengan mesjid-mesjid sekitarnya di Hamburg.

Mimbar Jumat yang digunakan sama seperti mimbar di Madinah atau di mayoritas tempat muslim lainnya, yaitu mimbar terbuka menghadap jamaah, sang khatib akan menaiki mimbar dari arah jamaah, menghadap kiblat. Biasanya akan membaca doa sebelum menaiki mimbar. Itulah fungsi mimbar menghadap kiblat, supaya sang khatib dapat membaca doa sebelum memaling ke jamaah untuk khutbah Jumat. Sang khatib tidak menggunakan tongkat, dan tidak disediakan tongkat di atas mimbar. Mesjid besar di Hamburg ini tergolong indah ornamen dan hiasan di dalamnya, bunga-bunga hiasan di dinding mencerminkan kemegahan Ottoman Turki.

~ Hamburg, 16 Oktober 2015


0 comments:

Copyright © 2015 Herman Khan | Portal Manuskrip Aceh dan Malay | Distributed By Blogger Template | Designed By Blogger Templates
Scroll To Top